Gambar Tokoh Pandawa
Sifat atau karakter Tokoh Pandawa dalam Pewayangan
Persaudaraan Tokoh Pandawa Lima
Meski lahir dari rahim yang berbeda, tetapi kelimanya dapat hidup rukun dan saling mengasihi satu sama lain.
Salah satu penyebabnya adalah karena semenjak Nakula dan Sadewa kecil. Keduanya telah ditinggal wafat ayah dan ibunya. Sehingga Dewi Kunti yang merawat mereka hingga dewasa.
Dalam kisah mahabarata, dituliskan bahwa Pandawa merupakan lambang kebajikan dan kebaikan yang berperang melawan kejahatan yang dalam hal ini diwakili oleh Kurawa.
5 Tokoh Ramayana Beserta Karakter dan Gambarnya Lengkap
Pandawa lima dan keadilan mereka
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Pandawa lima selalu dikenal sebagai pahlawan yang adil dan memegang prinsip keadilan. Mereka juga terkenal karena menghargai dan memperlakukan semua orang dengan baik.
Mereka memiliki moral yang sangat tinggi dan selalu adil .Tindakan mereka tersebut menginspirasi kita untuk selalu memegang prinsip keadilan di setiap tindakan yang kita lakukan.
Yudhistira (Puntodewo)
Yudhistira adalah putra sulung Prabu Pandu Dewanata dan Dewi Kunti. Ia lahir dari mantra yang diucapkan Kunti untuk memanggil Dewa Yama, dewa keadilan, sehingga Yudhistira dianugerahi sifat kejujuran dan keadilan yang luar biasa.
Nama Yudistira dibentuk dari kata yuddha dan sthira yang dalam bahasa Sanskerta Hindu bermakna "teguh dalam peperangan". Dalam kisah wayang Pandawa, Yudhistira dikenal karena komitmennya yang teguh terhadap kebenaran dan dharma. Ia selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar, meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit.
Sebagai seorang pemimpin, dikisahkan Yudhistira sering kali harus membuat keputusan yang berat. Namun, ia selalu berusaha untuk bersikap adil demi kebaikan bersama. Selain itu, raja Yudhistira tidak mau menggunakan pakaian keemasan karena kesederhanaan pakaian senantiasa diterapkan.
Baca juga : Kisah Wayang Bima Bungkus: Simbol Kekuatan, Takdir, dan Keberanian Pandawa
Istri Yudhistira adalah Dewi Dropadi. Yudhistira dan Drupadi memiliki seorang anak bernama Raden Pancawala. Yudhistira dikenal sebagai titisan Dewa Yama, dewa akhirat. Ia memiliki karakter bijaksana, sabar, dan pemaaf.
Gatotkaca, Ksatria Sakti yang Mampu Mengangkasa
Gatotkaca mungkin merupakan tokoh wayang Putro Pendowo yang paling popular diantara sepupu-sepupunya. Dalam pagelaran wayang orang, penonton mungkin juga mengenali penampilannya. Pria berbadan kekar dengan kumis melintang, Bajunya ada visual bintang besar keemasan, serta memiliki “backpack” untuk terbang.
Ia merupakan anak Bima dengan Dewi Arimbi, putri Kerajaan Pringgodani. Saat lahir, tali pusarnya tidak dapat dipotong, kecuali oleh sarung senjata Konta yang dimiliki oleh Adipati Karna. Ketika tali pusat dipotong, secara ajaib sarung senjata ini juga masuk kedalam pusarnya.
Bayi Gatotkaca ini juga dipersiapkan para dewa untuk melawan musuh dewata yang hendak menyerang kahyangan. Bayi ini dimasukkan dalam Kawah Candradimuka yang panas membara, sehingga segala kesaktian merasuki tubuhnya. Tak jarang ia disebut sebagai manusia dengan otot kawat dan tulang besi.
Gatotkaca menikah dengan Endang Pergiwa, yang merupakan saudara kembar dari Endang Pergiwati yang menjadi istri Pancawala. Endang Pergiwa adalah putri dari Arjuna yang juga pamannya.
Dalam Bharata Yudha, Gatotkaca menjadi Senapati pihak Pandawa untuk menghadapi Adipati Karna dari Awangga. Dalam perang tanding ini, Gatotkaca yang sedang melayang di udara, dilempar Tombak Konta milik Karna.
Senjata Konta menembus pusarnya, karena dulu tali pusatnya hanya dapat putus oleh sarung senjata Konta ini. Seolah olah Sang Konta ingin bersatu kembali dengan sarungnya yang sudah menyatu dalam tubuh Gatotkaca.
Sebelum tewas ia mengarah dan menjatuhkan dirinya ke arah kereta perang Karna. Melihat hal ini Karna langsung melompat dari keretanya. Saisnya tewas dan kereta perangnya juga hancur luluh lantak.
Pancawala, Putra Tunggal Puntadewa
Pancawala merupakan putra tunggal Prabu Puntadewa dengan Dewi Drupadi. Pancawala mempunyai karakter halus, pemberani dan berbakti pada orang-tuanya. Pancawala menikah dengan sepupunya Endang Pergiwati, putri dari Arjuna, yang juga pamannya dengan Dewi Manuhara.
Meskpin Pancawala terlibat dalam Bharatayuda, tetapi Ia berhasil selamat hingga perang itu berakhir. Kematiannya terjadi saat ia bertarung dengan Aswatama, putra Resi Durna yang berhasil menyusup masuk ke dalam perkemahan Pandawa sebagai balas dendam atas kematian dan kekalahan Korawa.
Antareja, Sang Penguasa Dunia Bawah Tanah
Antareja adalah putra Bima dengan Dewi Nagagini, putri dari Batara Anantaboga yang merupakan penguasa kayangan Saptapratala yang terletak di dasar bumi, di bawah tanah bersama para ular. Kelak Ia menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranwa, raja ular di Kerajaan Tawingaramada.
Raden Antareja memiliki kesaktian berupa semburan "bisa" yang dahsyat. Siapapun yaang tapak kakinya dijilat, akan menemui ajalnya. Antareja dapat memusnahkan Korawa tanpa perlu berperang, cukup hanya dengan menjilat tapak kaki mereka saja.
Bila hal ini terjadi, Prabu Kresna (penasehat Pandawa) khawatir bahwa sumpah-sumpah dan kutukan-kutukan yang seharusnya ditunaikan dalam Bharata Yudha tidak akan tertunaikan. Untuk itu, Prabu Kresna meminta Antareja untuk menjilat tapak kakinya sendiri, sehingga ia tewas seketika sebelum perang dimulai.
Gatotkaca dan Bima I Wikimedia Commons
Tokoh Pandawa Beserta Karakter dan Gambar
Dalam kisah pewayangan masing-masing dari Pandawa memiliki watak dan karakter yang berbeda.
Di bawah ini adalah penjelasan secara lengkap mengenai karakter sekaligus gambar wayang dari para tokoh Pandawa.
https://kompasiana.com/i
Sosok pertama dan merupakan tokoh pandawa yang tertua adalah Yudhistira. Menurut kisah Mahabarata versi Jawa, sosok ini memiliki nama lain Raden Puntadewa.
Tokoh Pandawa Yudhistira ini diceritakan memiliki karakter yang sangat bijaksana, sepanjang hidupnya hanya satu kali melakukan kebohongan.
Meskipun memiliki kesabaran yang diatas rata-rata. Dalam suatu lakon, sosok ini mengalami suatu kejadian yang membuatnya sangat murka.
Saking marahnya membuatnya bertiwikrama atau berubah menjadi raksasa. Beruntung ia dapat segera menghentikan kemarahannya sebelum murkanya menghancurkan dunia.
Ada sedikit perbedaan dalam penggambaran sosok ini dalam versi India dengan versi Jawa. Jika pada pewayangan India ia merupakan salah satu suami dari Dewi Drupadi yang bersuami lima.
Namun, dalam dunia pewayangan Jawa ia merupakan satu-satunya suami dari Dewi Drupadi.
Di saat perang Mahabarata berakhir dengan kemenangan berada di pihak Pandawa. Yudhistira mendapat gelar baru yakni Prabu Kalimataya.
Selain itu di akhir parwa dari Mahabarata ketika para pandawa melakukan penebusan dosa dengan mendaki gunung Mahameru.
Hanya Yudhistira yang ditemani oleh seekor anjing yang mampu mencapai puncaknya. Sesampai puncak Yudistira menolak masuk surga karena di sana ia melihat banyak kurawa mendapatkan kenikmatan surgawi.
Yudhistira memilih tinggal di neraka bersama saudara dan istrinya yang sedang mengalami penyucian atas segala dosa yang diperbuat selama hidup di dunia.
Penolakan Yudhistira ini membuat para dewa kagum dengan kebeningan hati Yudhistira. Maka tak lama kemudian terjadilah keajaiban. Surga yang penuh kenikmatan berubah menjadi neraka yang penuh dengan siksaan.
Sementara neraka yang semula berisi siksasaan tiba-tiba berubah menjadi surga yang penuh dengan kenikmatan.
Kumpulan Cerita Mitos di Indonesia yang Terkenal dan Menarik untuk Diketahui
https://wikimedia.org/
Dalam pewayangan Jawa sosok yang merupakan tokoh Pandawa yang kedua dari Pandawa lima ini dikenal memiliki banyak nama.
Bima memiliki nama lain seperti Brantasena, Bayuseta, Werkudara, Jagal Abilawa dan masih banyak nama lainnya.
Sosok ini digambarkan dengan perawakan yang tinggi dan gagah perkasa. Sosok Bima merupakan tipe orang yang tidak suka berbasa-basi.
Ia cenderung berbicara apa adanya dan cenderung kasar. Bahkan dalam pewayangan Jawa sosok ini digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa krama ketika sedang bicara dengan siapapun termasuk kepada para dewa.
]ada yang menarik dari sosok Bima bagi masyarakat Jawa. Di masa Jawa Kuna sosok ini sempat dipuja layaknya seorang dewa.
Hal ini diperkirakan karena banyak masyarakat Jawa Kuna menilai bahwa sosok Bima merupakan penjelmaan dari Dewa Siwa.
Berdasarkan penelitian para ahli, pemujaan Bima pada masa Jawa Kuna ini dilakukan oleh sejumlah kalangan.
Selain dilakukan kalangan petani. Pemujaan Bima juga dilakukan oleh para ksatria. Para petani yang melakukan pemujaan terhadap Bima ini meyakini bahwa dengan memuja Bima akan mendapat berkah kesuburan.
Pemujaan terhadap sosok Bima dalam bidang pertanian ini memiliki sangkut paut dengan legenda terbentuknya sungai serayu yang konon dibuat dengan menggunakan alat kelamin Bima.
Sementara para ksatria yang melakukan pemujaan terhadap sosok Bima mengharap memiliki kekuatan dan keberanian seperti yang dimiliki Bima.
Pemujaan terhadap sosok Bima sendiri mencapai masa keemasan di era Majapahit. Di dunia pewayangan. Sosok Bima digambarkan memiliki senjata berupa gada rujakpolo dan kuku sakti yang benama Pancanaka.
Ringkasan Cerita Fabel 3 Paragraf Musang dan Anak Ayam Beserta Pesan Moralnya
Tokoh Pandawa Arjuna atau yang juga sering disebut Janaka ini merupakan sosok dalam kisah Mahabarata yang digambarakan memiliki ketampanan luar biasa.
Hampir seluruh wanita yang ada di dalam kisah Mahabarata baik yang berasal dari bangsa manusia maupun bangsa bidadari dapat ditaklukkan hatinya oleh Arjuna.
Beberapa versi wayang Jawa menyebutkan Arjuna memiliki ribuan istri. Tapi, satu orang wanita yang tidak mampu direbut hatinya oleh Arjuna. Wanita itu merupakan Dewi Anggraeni yang merupakan istri dari raden Ekalaya.
Arjuna sendiri memiliki banyak nama lain Permadi, Janaka, Wibatsuh, Parta, Dananjaya, dan Palguna.
Arjuna adalah putra bungsu dari pernikahan Prabu Dewanata dengan Dewi Kunti. Sosok Arjuna digambarkan sebagai seseorang yang haus ilmu.
Ia sering bertapa di goa-goa keramat untuk menambah kekuatan batinnya. Selain itu ia juga berguru kepada banyak resi dan begawan untuk menambah luas pengetahuannya.
Ada banyak senjata sakti yang dimiliki oleh Arjuna. Beberapa senjata sakti milik Arjuna adalah panah pasupati, terompet dewadatta dan busur gandiwa.
Selain itu bisa dikatakan Arjuna adalah anak emas dari resi Dorna. Saking cintanya kepada murid kinasihnya. Resi Dorna rela melakukan apa saja agar Arjuna menjadi pemanah nomor satu di dunia.
Demi menjadikan Arjuna seorang pemanah nomor satu di dunia. Resi Dorna bahkan sampai memotong jari Raden Ekalaya dan memasangkan potongan jari tersebut pada tangan Arjuna.
Tokoh pandawa selanjutnya adalah Nakula yang memiliki nama lain Raden Pinten. Ia merupakan putra pertama Prabu Pandu Dewanata dengan Dewi Madrim.
Sosoknya merupakan penjelmaan dari Batara Aswin. Di dalam lakon Mahabarata sosok ini selain memiliki kemampuan memainkan berbagai senjata yang luar biasa.
Ia juga memiliki keahlian dalam urusan pengobatan. Selain itu Nakula dalam kisah pewayangan Jawa digambarkan memiliki kepandaian menunggang kuda yang luar biasa.
Kesaktian lain yang dimiliki oleh Nakula adalah ajian Pranawajati yakni sebuah ajian yang membuatnya tidak bisa melupakan semua yang pernah dilihat, dirasakan dan dipelajarinya.
Salah satu pusaka sakti yang dimiliki Nakula adalah sebuah cupu yang berisi air kehidupan pemberian dari Dewa Indra.
Contoh-contoh Dongeng Mite Terpopuler yang Seru dan Menarik
Sosok yang merupakan bungsu dari pernikahan Prabu Pandu Dewanata dengan Dewi Madrim yang juga merupakan bungsu dari Pandawa ini juga memiliki banyak sekali kesaktian.
Salah satu kesaktian yang dimiliki Sadewa adalah kemampuan dalam hal peruwatan.
Pada sebuah lakon pewayangan Jawa, tokoh Pandawa Sadewa dikisahkan mampu meruwat Bathari Durga kembali ke wujud aslinya yakni Dewi Uma yang cantik jelita.
Dalam kisah pewayangan versi India dikisahkan bahwa Nakula merupakan anggota Pandawa yang berhasil membunuh Patih Sangkuni.
Hal ini berbeda dengan kisah pewayangan Jawa yang menyebutkan bahwa Patih Sangkuni mati di tangan Bima.
Sadewa dalam pewayangan Jawa diceritakan hanya memiliki satu orang istri yang merupakan putri dari Resi Tambapetra.
Ia mendapatkan putri tersebut sebagai hadiah karena telah mampu menyembuhkan penyakit mata yang diderita Resi Tambapetra.
Keahlian lain yang dimiliki oleh Sadewa adalah meramal nasib. Apa yang diramal Sadewa dikisahkan selalu menjadi kenyataan.
Demikianlah kelima sosok Pandawa beserta karakternya. Semoga melalui artikel ini membuat lebih paham karakter wayang dalam kisah pandawa, baik dari versi pewayangan India maupun versi pewayangan Jawa.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:
Kost Dekat UNPAD Jatinangor
Kost Dekat UNDIP Semarang
Kost Dekat Unnes Semarang
Kost Dekat ITB Bandung
Kost Dekat ITS Surabaya
Kost Dekat Unesa Surabaya
Kost Dekat UNAIR Surabaya
Kost Dekat UIN Jakarta
Tokoh Wayang, Putra-Putra Pandawa Yang Masyhur
Tokoh Wayang Pandawa Lima yang terdiri dari Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa merupakan tokoh sentral dalam Epos Mahabharata. Tentunya Kawan GNFI telah kenal mereka, bukan? Namun apakah Kawan juga telah mengenal putra-putra mereka? Yuk, kita simak.
Artikel ini akan membahas beberapa tokoh wayang putra putri Pandawa yang masyhur, yang seringkali tampil dalam lakon-lakon pewayangan.
Abimanyu, Sang Ksatria Pewaris Wahyu Mahkutarama
Abimanyu merupakan putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra. Nama Abimanyu memiliki pengertian sebagai orang yang memiliki keberanian. Ia juga memiliki nama Angkawijaya dan Jayamurcita.
Selain keberanian, ia juga dikenal sebagai orang yang halus tingkah laku dan ucapannya, bertanggung jawab serta bekemauan keras. Persis seperti watak ayahnya.
Parikesit, Putra Abimanyu I Wikimedia Commons - Tropen Museum
Ia memiliki ilmu keprajuritan yang tinggi, karena ia dilatih dan dididik langsung oleh ayahnya, Sang Arjuna. Selain itu, ia juga gemar melakukan laku tapa dan mendapatkan pengajaran dari Begawan Abyasa, kakek buyutnya.
Buah dari itu semua, ia memperoleh Wahyu Makutharama, suatu wahyu yang menjadikan keturunannya sebagai raja-raja penerus mahkota Kerajaan Astinapura. Hal ini terbukti,memang dari keturunannyalah kelak yang akan memerintah Astina setelah Prabu Puntadewa turun takhta karena ingin menjalani dharma sebagai pertapa.
Abimanyu memiliki dua orang istri, yaitu Siti Sundari yang merupakan putri dari Prabu Kresna, dan Dewi Utari, putri Raja Wiratha, yang kemudian memiliki putra bernama Parikesit yang kelak akan menjadi raja di Astina.
Dalam Bharata Yudha, Abimanyu ,menjadi Senopati perang yang berani dan tangguh. Gelar pasukan Korawa kocar kacir dibuatnya. Dalam suatu pertempuran yang tidak seimbang, Abimanyu berhasil dipisahkan dari induk pasukan dan dikepung oleh para Kurawa.
Meskipun demikian ia tetap bertempur dengan gagah berani. Bahkan ia lebih menggila. Abimanyu berhasil menewaskan Lesmana Mandrakumara, putra dari Duryudana yang dipersiapkan menjadi putra mahkota Astina, sebelum akhirnya ia tewas dengan dihujani oleh ratusan anak panah Korawa.
Tubuhnya terlihat seperti landak, karena saking banyaknya anak panah yang menempel pada seluruh tubuhnya. Dalam pewayangan luka luka seperti ini dikenal dengan istilah Arang Kranjang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
BERBICARA wayang tentunya kita diingatkan akan kisah Mahabharata. Salah satu karakter yang cukup menarik perhatian adalah wayang Pandawa Lima. Pandawa tidak hanya dikenal karena parasnya yang gagah dan tampan, juga nilai-nilai dan karakter unik yang dimiliki setiap tokohnya.
Pandawa Lima merupakan anak-anak dari Prabu Pandu yang mendapat anugerah dari para dewa. Keberadaan mereka tidak lepas dari peran seorang resi yang memberikan mantra khusus kepada Kunti, istri Prabu Pandu, agar dapat memiliki keturunan.
Pada suatu masa, Prabu Pandu meninggalkan kerajaan Hastinapura untuk menjalani kehidupan sebagai pertapa guna menebus dosa-dosanya, sementara kerajaan tersebut diwariskan kepada kakaknya, Dretarastra.
Baca juga : Ramayana: Kisah Abadi Rama dan Sinta yang Penuh Cinta dan Perjuangan
Dretarastra, yang buta, memimpin kerajaan Hastinapura dengan 99 anak laki-laki yang dikenal sebagai Kurawa. Meskipun Pandawa Lima dijanjikan untuk menerima kerajaan setelah mereka tumbuh dewasa, para Kurawa yang dipimpin Duryudana justru tumbuh menjadi individu yang tamak akan kekuasaan dan sering berusaha menyingkirkan Pandawa Lima.
Walau begitu, Pandawa Lima memiliki kekuatan istimewa yang melebihi 99 sepupu mereka dari keluarga Kurawa. Keistimewaan ini tidak hanya terletak pada kekuatan fisik, tetapi juga pada sifat-sifat luhur mereka. Karakter Pandawa Lima yang penuh dengan kebaikan, keramahan, dan keadilan menjadikannya tokoh yang sangat dihormati dan dicintai banyak orang.
Melalui cerita Pandawa Lima, wayang memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keadilan, kebaikan, dan perjuangan untuk kebenaran, yang tetap relevan hingga saat ini. Maka, tidak heran jika tokoh Pandawa selalu mendapat tempat khusus di hati penonton wayang, baik sebagai hiburan maupun sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga : Mahabharata: Kisah Abadi Pandawa dan Kurawa dalam Perebutan Tahta dan Kehormatan
JANGAN LUPA RATE YA GAN
Pandawa Lima adalah sebutan untuk sebuah keluarga di dunia pewayangan yang terdiri atas lima orang laki-laki bersaudara pembela dan pejuang kebenaran. Ternyata seperti halnya tokoh-tokoh pewayangan lain seperti Ramayana, Punakawan dan lain-lainnya. Pandawa Lima juga mengandung makna yg mendalam sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam pewayang Jawa Pandawa Lima lebih dikenal dengan isitilah Pendawa Lima kependekan dari Pendalaman Wawasan Lima. Maksudnya adalah Membina dan Membing Umat agar lebih memperdalam lebih jauh tentang apa arti sesungguhnya tentang Rukun Islam yang lima dan apa makna filosofinya dalam prilaku hidup muslim Dalam dunia pewayangan arti Pendawa Lima adalah merupakan visualisasi dari rukun Islam yang lima, maksudnya bahwa figur Pandawa Lima itu merupakan gambaran rukun Islam yang lima. Berikut uraian tokoh-tokoh Pandawa Lima:
Spoiler for Yudhistira:
Spoiler for yudhistira:
Yudhistira (Puntadewa/Satria Pembarep/Ksatria Tertua) Yudisthira merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur, adil, sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan Hastinapura. Yudhistira mempunyai senjata “Jimat Kalimasada” alih bahasa dari kalimat Syahadat. Dengan senjata ini ia tidak pernah kalah ataupun putus asa menghadapi musibah, tidak banyak suudzon terhadap setiap orang. Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama Islam. Kalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Tentang Kalimasada : Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-16. Konon, Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat Syahadat ke dalam dunia pewayangan. Namun pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islam, istilah Kalimasada sudah dikenal dalam kesussastraan Jawa. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Dr.Kuntar Wiryamartana SJ. Istilah Kalimasada bukan berasal dari kata Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kata Kalimahosaddha. Istilah Kalimahosaddha ditemukan dalam naskah Kakimpoi Bharatayuddha yang ditulis pada tahun 1157 atau abad ke-12, pada masa pemerintahan Maharaja Jayabhaya di Kerajaan Kadiri. Istilah tersebut jika dipilah menjadi Kali-Maha-Usaddha, yang bermakna "obat mujarab Dewi Kali". Kakimpoi Bharatayuddha mengisahkan perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Pada hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama Salya bertempur melawan Yudistira. Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama Pustaka Kalimahosaddha ke arah Salya. Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah Kalimahosaddha sudah dikenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya Sunan Kalijaga. Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan istilah Kalimahosaddha dengan Kalimat Syahadat menjadi Kalimasada sebagai sarana untuk berdakwah. Tokoh ini memang terkenal sebagai ulama sekaligus budayawan di Tanah Jawa, oleh karena itu Yudhistira merupakan gambaran Rukun Islam yang pertama yiatu Dua Kalimat Syahadat (karena disebutkan bahwa dia mempunyai Jimat Kalimasada.
Bima(Bratasena/Satrio Penegak Pandowo/Ksatria Penegak Pandawa) Bima adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima memiliki arti “mengerikan” dalam bahasa sansekerta. Mungkin hal ini karena Bima memang memiliki perawakan yang besar diantara saudaranya yang lain. Tak heran, Bima menjadi panglima perang dalam perang Baratayuda, memimpin tentara Pandawa. Bima diceritakan memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, jujur, tabah, dan patuh. Selain itu, Bima dikenal sebagai tokoh yang tidak suka basa-basi. Dikisahkan juga bahwa Bima adalah titisan Bayu, dewa angin, yang menjelma menjadi Pandu saat menikahi dewi Kunti. Bima mahir menggunakan senjata gada yang terkenal dengan nama Rujakpala, tidak ketinggalan senjata lainnya, yaitu kuku Bima, yang dinamakan Pancakenaka. Pada perang Baratayuda, Bima adalah tokoh penutup perang yang berhasil membunuh Duryodana, pemimpin tertinggi Kurawa. Bima memiliki anak dari perkimpoiannya dengan Dewi Arimbi yang bernama Gatotkaca. Bima digambarkan selalu siap dengan senjata pamungkasnya yaitu Kuku Pancanaka yang diartikan sholat lima waktu haruslah ditegakkan dalam keadaan apapun. Julukan Ksatria Penegak ini merefleksikan Ibadah Shalat sebagai Tiang Agama atau Penegak Agama, oleh karena itu Bima digambarkan sebagai Rukun Islam yang kedua yaitu Menegakkan Shalat.
Arjuna(Wijaya/SatrioPenengah Pandowo/Ksatria Penengah Pandawa) Arjuna adalah anak ketiga. Dikisahkan Arjuna merupakan titisan dewa Indra, raja semua Dewa. Dikisahkan Arjuna memiliki sifat mulia, cerdik, berani, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang paling rupawan diantara saudara-saudaranya. Sehingga tidak heran, kalau Arjuna sering dianalogikan sebagai lelaki yang tampan, gagah, dan gentle di kehidupan kita sekarang. Arjuna lihai memainkan senjata panah. Dalam perang Baratayudha, Arjuna menggunakan Pasupati, nama panahnya, untuk membunuh Bisma, panglima besar Kurawa. Dalam perang juga, Arjuna dikenal sebagai ksatria tanpa tanding, karena saat bertempur, Arjuna tidak pernah sekalipun menemui kekalahan. Arjuna memiliki banyak istri karena ketampanannya, salah satunya yang terkenal adalah dewi Srikandi yang membantu Arjuna membunuh Bisma. Raden Arjuna digambarkan sebagai tokoh yang sangat tampan, lemah lembut, pemberani, pemanah ulung, pembela kebenaran, dan idola kaum wanita. Ini merefleksikan Ibadah Puasa wajib dibulan Ramadhan yang penuh hikmah dan pahala sehingga menarik hati kaum Muslim utk beribadah sebanyak-banyaknya. Keahlian Raden Arjuna dalam bertempur dan memanah ini merefleksikan Ibadah Puasa sebagai senjata utk melawan hawa nafsu. Orang berpuasa banyak godaan hawa nafsu setan apabila tidak kuat menghindarinya pasti akan jebol pertahanannya. Arjuna merupakan gambaran Rukun Islam yang ke-tiga yaitu Puasa di Bulan Ramadhan hal ini karena dia mempunyai/ kesaktian yang tak terkalahkan, dan sesuatu yang menyenangkan pandangan, karena dia gemar Tirakat/bertapa (berpuasa) dan gemar menahan nafsu.
Nakula (Ksatria kembar) Nakula adalah anak keempat dari Pandawa, dan lahir dari perkimpoian antara Pandu dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat, setia, belas kasih, tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula memiliki saudara kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai orang yang tampan, namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan ketampanannya. Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau mengalah. Nakula lihai memainkan senjata pedang pada perang Baratayuda. Kelebihan lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan, karena Nakula dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan. Selain itu, Nakula lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang sangat tajam dan tidak terbatas. Nakula adalah gambaran Rukun Islam yang ke-empat yaitu Membayar Zakat hal ini karena dia gemar bersolek dengan pakaian bagus dan bersih, suka memberi serta belas-kasih pada kaum yang lemah, lambang orang kaya yang Dermawan/suka memberi infaq, shadaqah dan zakat.
Sadewa (Ksatria Kembar) Sadewa adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran dari Nakula. Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa dianugerahi kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa memiliki kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak dan pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa. Dikisahkan juga bahwa Sadewa adalah tokoh yang berhasil membunuh Sengkuni, paman para Kurawa yang terkenal dengan kelicikannya dan pintar menghasut. Sadewa berhasil membunuh Sengkuni dengan kecerdikan dan kepandaian yang dia miliki. Sadewa merupakan tokoh pendiam dalam kisah Mahabharata. Sadewa digambaran sebagai Rukun Islam yang ke-lima yaitu Kewajiban pergi Haji hal ini karena Sadewa suka melancong, mengembara mencari ilmu dan hikmah di tempat-tempat yang bersejarah. Zakat dan Haji digambarkan sebagai dua ksatria kembar Nakula dan Sadewa, mereka jarang muncul sebagaimana zakat dan haji diwajibkan bagi orang yang mampu, kalau tidak ada Nakula dan Sadewa maka Pandewa akan runtuh dan hancur begitu pula umat Islam jika tidak ada para hartawan yang sanggup membayar zakat dan menunaikan ibadah haji, fakir miskin akan terancam kekafiran dan kemurtadan. Kesenjangan sosial tidak terjembatani.
SEMOGA THREAD INI BERMANFAATBAGI JURAGAN2 SEMUA
Pandawa lima adalah tokoh wayang lima bersaudara yang terkenal dalam kitab Mahabharata. Mereka adalah Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Dalam cerita, mereka memainkan peran penting dalam perang besar antara kerajaan Kurusetra. Pandawa lima adalah simbol kebajikan, keadilan, dan keberanian.
Kami akan membahas lebih lanjut tentang peran mereka dalam kisah Mahabharata. Yuk, simak ulasannya!